Latest Posts

Oleh Sofyan Amarta
Sejarah Perkembangan aktivitas Filantropi
Sebagaimana yang dipahami Filantropi berasal dari bahasa yunani (philein yang bermakna cinta, dan antrophos berarti manusia). Adalah tindakan seseorang yang mencintai sesama manusia, sehingga menyumbangkan waktu, uang, dan tenaganya untuk menolong orang lain. Istilah ini umumnya di berikan pada orang-orang yang memberikan yang ingin beramal untuk mereka yang sedang mengalami kesusahan.
Dalam sejarah dunia Islam, filantropi dikenalkan oleh Rosulullah melalui perintah wajibnya menunaikan zakat bagi yang mampu. Penghimpunan dan pendistribusian zakat diperkenalkan oleh nabi Muhammad SAW, dan diperteguh kembali pada masa Khalifah Abu Bakar.
Namun Khalifah Umarlah yang menyistematisasi institusi tersebut. Umar memapankan pos-pos penghimpunan zakat untuk para pedagang dan menghentikan pembayaran bagi non Muslim. Sedangkan Khalifah Usman memperkenalkan perbedaan antara zakat yang zahir dan zakat yang batin. Zakat yang boleh dikumpulkan hanya zakat yang berupa harta benda saja.
Sedangkan dalam perkembangannya di Indonesia secara keseluruhan terjadi  pada masa Islam hadir di Nusantara dan masa kolonial, filantropi Islam di praktikkan oleh masyarakat Islam secara tercerai berai, sporadik, spontan, dan diskriminatif. namun demikian dengan hadirnya ormas Islam pada awal abad 20  yang mengusulkan perlunya dibentuk pengelolaan zakat secara terlembaga.
Karenanya, fenomena kelembagaan filantropi Islam melalui organisasi modern di Indonesia adalah fenomena baru. Sementara pada zaman pendudukan Jepang,  politik agama netral (seperti politik Islam kolonial Belanda) tersebut tetap berlaku. Tidak banyak yang berubah dalam pengelolaan zakat. Bahkan kemungkinan adanya penggalangan dana zakat pada masa Jepang juga sangat kecil.  
Setelah 17 Agustus 1945, tradisi pengumpulan zakat tetap dilaksanakan oleh para petugas jawatan urusan agama. Juga terdapat upaya-upaya untuk menggalakkan penggalangan dana zakat di berbagai daerah. Bahkan, beberapa pejabat pemerintah daerah turut serta berpartisipasi dalam penggalangan dana tersebut.
Babak baru filantropi Islam terjadi saat krisis ekonomi (termasuk bencana alam) merundung Indonesia, dan juga terbukanya iklim demokrasi di era reformasi sejak akhir 1990-an. Krisis ekonomi merupakan ‘pemantik api’ yang membakar semangat komunitas Muslim guna menyahuti problem tersebut.  Singkatnya, fenomena tumbuhnya organisasi filantropi Islam (OFI) yang berbasis masyarakat dan popular dengan sebutan Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah (LAZIS)

Filantropi Of Hidayatullah
Baitul Maal Hidayatullah adalah bagian dari organisasi filantropi Islam (OFI) yang berbasis masyarakat. Kiprahnya dimulai sejak berdirinya pesantren Hidayatullah di Balikpapan pada tahun 1973. Memiliki legal sebagai organisasi sosisal dibawah kementrian sosial waktu itu, Hidayatullah melahirkan Baitul Maal Yayasan (BMY) Hidayatullah.
Baitul Maal Yayasan Hidayatullah didirikan sebagai maksud untuk memfasilitasi masyarakat yang ingin mensupport kegitan program Pesantren Hidayatullah yakni program Sosial yang dikhususkan untuk mengelola panti asuhan, program  Dakwah untuk mensupport para dai yang ditugaskan untuk mengembangkan pesantren di daerah-daerah dan Program Pendidikan untuk mensupport pendidikan anak-anak asuh yang menjadi santri di pesantren Hidayatullah .
Pada tahun 1980-an Baitul Maal yayasan Hidayatullah memetaformosis menjadi Baitul Maal Pesantren Hidayatullah (BMPH) dengan program dan kegiatan yang sama namun sudah memiliki cabang di beberapa pesantren yang telah dirintis sebelumnya oleh para dai yang ditugaskan oleh organisasi di beberapa wilayah Indonesia, seperti di daerah wilayah Kalimantan selatan, Kalimantan timur, papua barat, sumatera utara, jawa timur dll.
Semakin berkembangnya Hidayatullah di berbagai pelosok Negeri, dan karena kebutuhan organisasi yang semakin banyak jamaah (anggota) yang bergabung di Hidayatullah, pada tahun 2000 Hidayatullah yang pada awalnya adalah sebuah pesantren yang berbasis Organisasi Sosial, berubah menjadi pesantren yang berbasis Organisasi ke masyarakatan Islam (ormas Islam).
Perubahana tersebut juga diikuti oleh Baitul Maal Pesantren Hidayatullah (BMPH) menjadi Baitul Maal Hidayatullah (BMH) hingga sekarang. Terlebih sejak dikeluarkannya SK Menteri Agama RI No. 538 tahun 2001, menguatkan BMH sebagai lembaga Amil Zakat Nasional yang berbasis filantropi berbasis masyarakat.
Sebagai lembaga filantropi Islam, BMH menguatkan diri untuk memperluas jaringan ke pelosok pelosok Negeri dengan sasaran utamanya adalah masyarakat pedalaman agar tersentuh oleh program program BMH, sehingga mereka juga dapat merasakan nilai manfaat yang sama dengan masyarakat lain di penjuru Negeri.
International Pilantropy Of BMH
Berbagai macam program yang ditawarkan oleh BMH untuk mengangkat nilai nilai kemanusiaan masyarakat di Indonesia dan dunia internasional. Sebut saja program-program yang digagas BMH, seperti program Dakwah, Pendidikan, Sosial, dan Ekonomi yang fokus utamanya adalah pembinaan para Dai Tangguh, dan pengiriman kader-kader dai tangguh ke pedalaman Nusantara, dengan tugas utamanya adalah mendirikan dan mengelola pesantren, mendirikan Sekolah, mendirikan panti asuhan, dan menjadi juru dakwah di wilayah-wilayah pedalaman.
Selain menjadi pembaharu di pedalaman, BMH juga dilibatkan untuk memberikan peru bahan dalam kondisi sosial ekonomi masyarakat, maka BMH memunculkan program, Konversi Ternak untuk Muallaf dan masyarakat miskin, Keluarga permata Idaman dengan basis pembinaan potensi ekonomi masyarakat pedalaman agar lebih memiliki nilai yang bermanfaat ganda, khususnya dalam bidang agrobisnis.
Dalam bidang sosial, BMH sangat aktif untuk membantu masyarakat yang mengalami kesusahan seperti masyarakat yang terkena bencana alam, seperti bencana banjir, bencana kekeringan, bencana longsor dan gunung meletus. Termasuk bencana kemeskinan yang menimpa anak –anak jalanan, terlantar, sakit keras, hingga perosalan ketenaga kerjaan yang menimpa TKI dan TKW Indonesia.
Di program pendidikan, BMH menyiapkan Sekolah Pemimpin untuk tingkat SMA dan lima Perguruan Tinggi (PT) gratis untuk para yatim dan dhuafa’ yang memiliki masalah kemiskinan untuk  belajar di lembaga milik BMH dengan pendidikan yang berkualitas. Seperti Sekolah Tinggi Agama Islam Lukman Al-Hakim (STAIL) Surabaya, Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Balikpapan, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Batam, STT STIKMA Internasional di Malang dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Hidayatullah Depok, termasuk fasilitas pendidikan berbasis pesantren (boarding school) untuk yatim dan dhuafa’.
Sementara kiprah filantropi dalam dunia Internasional, sejak berdiri BMH aktif dalam masalah kebencanaan yang terjadi di dunia. Kerusuhan yang menimpa masyarakat Somalia-Afrika, Bencana Perang syiria dan Palestina, Afganistan, bencana alam di Nepal dan Philipina, hingga persolan kemanusiaan yang menimpa masyarakat Rohingya di Miyanmar maupun yang telah menjadi imigran Rohingya di Aceh beberapa waktu lalu.
Dari sekian kiprah BMH dalam masalah kemanusiaan, tentu tidak terlepas dari peran segala pihak yang turut membantu, diantaranya adalah para donatur BMH baik perseorangan maupun donatur perusahaan dan CSR , aparat pemerintah, para aktivis Islam, Jurnalis Media Massa, Tokoh Masyarakat, dan seluruh masyarakat Indonesia yang turut aktif selalu mendukung program program BMH.

InsyaAllah melalui dana zakat, Infak dan sedekah serta wakaf anda, akan semakin banyak umat manusia yang semakin merasakan manfaat lebih dari anda. (BMH) 

FILANTROPY IN ISLAM of Baitul Maal Hidayatullah


Oleh Sofyan Amarta
Sejarah Perkembangan aktivitas Filantropi
Sebagaimana yang dipahami Filantropi berasal dari bahasa yunani (philein yang bermakna cinta, dan antrophos berarti manusia). Adalah tindakan seseorang yang mencintai sesama manusia, sehingga menyumbangkan waktu, uang, dan tenaganya untuk menolong orang lain. Istilah ini umumnya di berikan pada orang-orang yang memberikan yang ingin beramal untuk mereka yang sedang mengalami kesusahan.
Dalam sejarah dunia Islam, filantropi dikenalkan oleh Rosulullah melalui perintah wajibnya menunaikan zakat bagi yang mampu. Penghimpunan dan pendistribusian zakat diperkenalkan oleh nabi Muhammad SAW, dan diperteguh kembali pada masa Khalifah Abu Bakar.
Namun Khalifah Umarlah yang menyistematisasi institusi tersebut. Umar memapankan pos-pos penghimpunan zakat untuk para pedagang dan menghentikan pembayaran bagi non Muslim. Sedangkan Khalifah Usman memperkenalkan perbedaan antara zakat yang zahir dan zakat yang batin. Zakat yang boleh dikumpulkan hanya zakat yang berupa harta benda saja.
Sedangkan dalam perkembangannya di Indonesia secara keseluruhan terjadi  pada masa Islam hadir di Nusantara dan masa kolonial, filantropi Islam di praktikkan oleh masyarakat Islam secara tercerai berai, sporadik, spontan, dan diskriminatif. namun demikian dengan hadirnya ormas Islam pada awal abad 20  yang mengusulkan perlunya dibentuk pengelolaan zakat secara terlembaga.
Karenanya, fenomena kelembagaan filantropi Islam melalui organisasi modern di Indonesia adalah fenomena baru. Sementara pada zaman pendudukan Jepang,  politik agama netral (seperti politik Islam kolonial Belanda) tersebut tetap berlaku. Tidak banyak yang berubah dalam pengelolaan zakat. Bahkan kemungkinan adanya penggalangan dana zakat pada masa Jepang juga sangat kecil.  
Setelah 17 Agustus 1945, tradisi pengumpulan zakat tetap dilaksanakan oleh para petugas jawatan urusan agama. Juga terdapat upaya-upaya untuk menggalakkan penggalangan dana zakat di berbagai daerah. Bahkan, beberapa pejabat pemerintah daerah turut serta berpartisipasi dalam penggalangan dana tersebut.
Babak baru filantropi Islam terjadi saat krisis ekonomi (termasuk bencana alam) merundung Indonesia, dan juga terbukanya iklim demokrasi di era reformasi sejak akhir 1990-an. Krisis ekonomi merupakan ‘pemantik api’ yang membakar semangat komunitas Muslim guna menyahuti problem tersebut.  Singkatnya, fenomena tumbuhnya organisasi filantropi Islam (OFI) yang berbasis masyarakat dan popular dengan sebutan Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah (LAZIS)

Filantropi Of Hidayatullah
Baitul Maal Hidayatullah adalah bagian dari organisasi filantropi Islam (OFI) yang berbasis masyarakat. Kiprahnya dimulai sejak berdirinya pesantren Hidayatullah di Balikpapan pada tahun 1973. Memiliki legal sebagai organisasi sosisal dibawah kementrian sosial waktu itu, Hidayatullah melahirkan Baitul Maal Yayasan (BMY) Hidayatullah.
Baitul Maal Yayasan Hidayatullah didirikan sebagai maksud untuk memfasilitasi masyarakat yang ingin mensupport kegitan program Pesantren Hidayatullah yakni program Sosial yang dikhususkan untuk mengelola panti asuhan, program  Dakwah untuk mensupport para dai yang ditugaskan untuk mengembangkan pesantren di daerah-daerah dan Program Pendidikan untuk mensupport pendidikan anak-anak asuh yang menjadi santri di pesantren Hidayatullah .
Pada tahun 1980-an Baitul Maal yayasan Hidayatullah memetaformosis menjadi Baitul Maal Pesantren Hidayatullah (BMPH) dengan program dan kegiatan yang sama namun sudah memiliki cabang di beberapa pesantren yang telah dirintis sebelumnya oleh para dai yang ditugaskan oleh organisasi di beberapa wilayah Indonesia, seperti di daerah wilayah Kalimantan selatan, Kalimantan timur, papua barat, sumatera utara, jawa timur dll.
Semakin berkembangnya Hidayatullah di berbagai pelosok Negeri, dan karena kebutuhan organisasi yang semakin banyak jamaah (anggota) yang bergabung di Hidayatullah, pada tahun 2000 Hidayatullah yang pada awalnya adalah sebuah pesantren yang berbasis Organisasi Sosial, berubah menjadi pesantren yang berbasis Organisasi ke masyarakatan Islam (ormas Islam).
Perubahana tersebut juga diikuti oleh Baitul Maal Pesantren Hidayatullah (BMPH) menjadi Baitul Maal Hidayatullah (BMH) hingga sekarang. Terlebih sejak dikeluarkannya SK Menteri Agama RI No. 538 tahun 2001, menguatkan BMH sebagai lembaga Amil Zakat Nasional yang berbasis filantropi berbasis masyarakat.
Sebagai lembaga filantropi Islam, BMH menguatkan diri untuk memperluas jaringan ke pelosok pelosok Negeri dengan sasaran utamanya adalah masyarakat pedalaman agar tersentuh oleh program program BMH, sehingga mereka juga dapat merasakan nilai manfaat yang sama dengan masyarakat lain di penjuru Negeri.
International Pilantropy Of BMH
Berbagai macam program yang ditawarkan oleh BMH untuk mengangkat nilai nilai kemanusiaan masyarakat di Indonesia dan dunia internasional. Sebut saja program-program yang digagas BMH, seperti program Dakwah, Pendidikan, Sosial, dan Ekonomi yang fokus utamanya adalah pembinaan para Dai Tangguh, dan pengiriman kader-kader dai tangguh ke pedalaman Nusantara, dengan tugas utamanya adalah mendirikan dan mengelola pesantren, mendirikan Sekolah, mendirikan panti asuhan, dan menjadi juru dakwah di wilayah-wilayah pedalaman.
Selain menjadi pembaharu di pedalaman, BMH juga dilibatkan untuk memberikan peru bahan dalam kondisi sosial ekonomi masyarakat, maka BMH memunculkan program, Konversi Ternak untuk Muallaf dan masyarakat miskin, Keluarga permata Idaman dengan basis pembinaan potensi ekonomi masyarakat pedalaman agar lebih memiliki nilai yang bermanfaat ganda, khususnya dalam bidang agrobisnis.
Dalam bidang sosial, BMH sangat aktif untuk membantu masyarakat yang mengalami kesusahan seperti masyarakat yang terkena bencana alam, seperti bencana banjir, bencana kekeringan, bencana longsor dan gunung meletus. Termasuk bencana kemeskinan yang menimpa anak –anak jalanan, terlantar, sakit keras, hingga perosalan ketenaga kerjaan yang menimpa TKI dan TKW Indonesia.
Di program pendidikan, BMH menyiapkan Sekolah Pemimpin untuk tingkat SMA dan lima Perguruan Tinggi (PT) gratis untuk para yatim dan dhuafa’ yang memiliki masalah kemiskinan untuk  belajar di lembaga milik BMH dengan pendidikan yang berkualitas. Seperti Sekolah Tinggi Agama Islam Lukman Al-Hakim (STAIL) Surabaya, Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Balikpapan, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Batam, STT STIKMA Internasional di Malang dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Hidayatullah Depok, termasuk fasilitas pendidikan berbasis pesantren (boarding school) untuk yatim dan dhuafa’.
Sementara kiprah filantropi dalam dunia Internasional, sejak berdiri BMH aktif dalam masalah kebencanaan yang terjadi di dunia. Kerusuhan yang menimpa masyarakat Somalia-Afrika, Bencana Perang syiria dan Palestina, Afganistan, bencana alam di Nepal dan Philipina, hingga persolan kemanusiaan yang menimpa masyarakat Rohingya di Miyanmar maupun yang telah menjadi imigran Rohingya di Aceh beberapa waktu lalu.
Dari sekian kiprah BMH dalam masalah kemanusiaan, tentu tidak terlepas dari peran segala pihak yang turut membantu, diantaranya adalah para donatur BMH baik perseorangan maupun donatur perusahaan dan CSR , aparat pemerintah, para aktivis Islam, Jurnalis Media Massa, Tokoh Masyarakat, dan seluruh masyarakat Indonesia yang turut aktif selalu mendukung program program BMH.

InsyaAllah melalui dana zakat, Infak dan sedekah serta wakaf anda, akan semakin banyak umat manusia yang semakin merasakan manfaat lebih dari anda. (BMH) 

0 komentar:

back to top